Minggu, 03 Maret 2013


Potret Sholat Jama’ah dalam Kehidupan Salaf (3)

WRITTEN BY: ADMIN ON FEBRUARY 4, 2013 NO COMMENT
  • Tinggalkan Pekerjaan Saat Adzan Terdengar
Bekerja untuk mencari nafkah adalah kewajiban seorang ayah dan kepala rumah tangga. Namun kewajiban seperti ini tidaklah menghalangi para salaf untuk menunaikan kewajiban yang lebih tinggi lagi, yaitu sholat jama’ah. Karena sholat jama’ah adalah hak Allah Robbul alamin atas para hambanya dari kaum Adam.
Tak heran jika disana ada seorang salaf yang menghentikan aktivitasnya detik itu juga jika mendengarkan adzan. Yahya bin Ma’in -rahimahullah- berkata ketika menceritakan perihal kehidupanIbrohim bin Maimun Ash-Sho’igh -rahimahullah-,  Apabila dia (Ibrohim bin Maimun Ash-Sho’igh) mengangkat palu, lalu ia mendengarkan adzan, maka beliau tidak mengembalikannya (tidak memukulkannya)”.[1]
Para salaf adalah suatu kaum yang tidak dilalaikan oleh kehidupan dunianya sehingga rela menyia-nyiakan hak Robbnya. Sebab mereka tahu bahwa mereka akan menghadap Allah dengan membawa pahala sholat yang pertama kali akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya -Azza wa Jalla-.
Adz-Dzahabiy menyebutkan dalam sebuah kitabnya bahwa, “Al-Aswad, apabila hadir waktu sholat, maka beliau menderumkan ontanya walaupun pada sebuah batu”.[2]


[1] Lihat Tahdzib At-Tahdzib (1/173) karya Abul Fadhl Ibnu Hajar
[2] Lihat Siyar A’lam An-Nubala’ (4/53) karya Adz-Dzahabiy

Potret Sholat Jama’ah dalam Kehidupan Salaf (4)

WRITTEN BY: ADMIN ON FEBRUARY 5, 2013 NO COMMENT
  • Bulan Madu Bukan Rintangan
Bulan madu bukanlah merupakan suatu penghalang bagi para salaf dalam menunaikan dan mendahulukan hak Robb mereka. Bahkan ada di antara mereka yang rela meninggalkan istrinya demi melaksanakan sholat jama’ah.
Mereka bukanlah seperti generasi masa kini, jika datang malam pengantin -sedang mereka berbulan madu bersama istrinya-, maka mereka tak rela bangun melaksanakan sholat Ashar atau sholat shubuh demi menyenangkan dan memuaskan syahwat belaka.Mereka lupa bahwa istri hanyalah perhiasan belaka dan penolong dalam ketaatan, bukan penolong dalam kedurhakaan kepada Allah. Mereka lupa tentang hari kiamat saat tegaknya semua manusia dari Adam sampai manusia terakhir di hadapan Allah Al-Hakim (Sang Maha Bijaksana) untuk menghukumi, dan memutuskan segala tindak-tanduk makhluknya ketika mereka hidup di atas permukaan bumi ini. Ketika itulah Allah akan menampakkan segala yang tersembunyi sampai seorang yang bersembunyi dan berselimut bersama keluarganya akan ditampakkan oleh-Nya demi menanyakan segala perbuatannya.
Perkara ini betul-betul dipahami oleh para salafush sholeh. Hal itu tampak pada diri dan perbuatan mereka. Sekarang perhatikan, dulu ada seorang salaf bernama Anbasah ibnul Azhar berkata, “Al-Harits bin Hassan –radhiyallahu anhu- -dan beliau memiliki persahabatan (dengan Nabi –Shollallahu alaihi wasallam-) telah menikah. Lalu beliau ditanya: “Apakah engkau akan keluar (pergi sholat shubuh), padahal engkau berbulan madu dengan istrimu di malam ini?” Maka beliau menjawab: “Demi Allah, Jika ada seorang istri yang menghalangi aku dari sholat shubuh bersama jama’ah, maka ia sungguh istri yang buruk”.[1]


[1] Lihat Majma’ Az-Zawa’id (2/41) oleh Al-Haitsamiy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar