Minggu, 03 Maret 2013


Potret Sholat Jama’ah dalam Kehidupan Salaf (7)

WRITTEN BY: ADMIN ON FEBRUARY 8, 2013 NO COMMENT
  • Menunda Pengobatan
Berobat merupakan perkara yang dianjurkan dalam agama kita agar seorang hamba bisa beribadah kepada Allah dengan baik. Namun ada sebagian salaf tidaklah terpengaruh oleh penyakit yang dideritanya, dan ia bersabar dalam suasana taat kepada Allah.Lezatnya ibadah melalaikan dirinya dari segala penderitaan dan penyakit yang ia alami.
Sa’id bin Al-Musayyib -rahimahullah- adalah termasuk diantara mereka. Diriwayatkan, “Beliau pernah mengadukan matanya. Maka mereka berkata, “Wahai Abu Muhammad, andaikan engkau keluar ke lembah Al-Aqiq, lalu engkau menyaksikan pemandangan yang hijau, niscaya engkau akan mendapatkan kelegaan karenanya”. Beliau menjawab, “Apa yang aku lakukan untuk bisa menghadiri sholat Isya’ dan shubuh?”.[1]
Perhatikan sikap dan jawaban Sa’id bin Al-Musayyib -rahimahullah-, beliau tak tega meninggalkan sholat Isya’ dan shubuh secara berjama’ah di masjid. Bahkan ia rela menunda pengobatan penyakitnya demi meraih keuntungan akhirat.
Karenanya, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy –rahimahullah- berkata: “Tidaklah dikumandangkan (adzan) sholat sejak 40 tahun lalu, kecuali Sa’id ibnul Musayyib berada di dalam masjid”.[2]


[1] HR. Ibnu Sa’d dalam Ath-Thobaqot (5/132). Lihat As-Siyar(4/240) karya Adz-Dzahabiy
[2] Lihat Tahdzib At-Tahdzib (4/87) karya Al-Hafizh Ibnu Hajar.

Potret Sholat Jama’ah dalam Kehidupan Salaf (8)

WRITTEN BY: ADMIN ON FEBRUARY 10, 2013 NO COMMENT
  •  Masjid Dijadikan Rumah
Ciri seorang mukmin yang hakiki, hatinya selalu tergantung di masjid. Seakan-akan masjid merupakan tempat tinggal mereka, karena mereka lalu-lalang ke masjid sehingga ia adalah penghuni masjid. Setiap lima waktu dan ada waktu senggang ia melazimi masjid beribadah dan berdzikir disana[1]. Bahkan hal ini mereka wariskan dan wasiatkan kepada anak keturunan mereka.
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda,
الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ
“Masjid adalah rumah orang-orang yang bertaqwa”.[HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (6143), Abu Nu'aim (6/176), Al-Qudho'iy dalam Musnad Asy-Syihab (73), Al-Baihaqiy dalam Asy-Syu'ab (2950). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (716)]
Oleh karenanya, sebagian sahabat di zaman kenabian, ada yang terkadang bermalam di masjid demi menunggu keutamaan shoff pertama ketika sholat shubuh.


[1] Berbeda dengan sebagian anak muda di zaman ini, seakan-akan bar, diskotik, dan tempat hiburan adalah rumah mereka. Tak ada waktu lowong, kecuali mereka lalai disana oleh gemerlapnya dunia yang fana ini, dan lupa hari perjumpaan dengan Allah di saat setiap orang membutuhkan bekal amal sholeh, sementara dirinya hanya berbekal maksiat. Na’alullahas Salamah minasy syubuhat wal syahawat…amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar